Banyak faktor yang menjadi penyebab perceraian. Faktor-faktor tadi terakumulasi sehingga memuncak menjadi sebuah pertengkaran hebat yang berbuntut bagi terbukanya pintu perceraian. Oleh karena itu, selama menjalani dan melakoni bahtera rumah tangga jangan meremehkan persoalan sekecil apapun sehingga menjadi bertumpuk dan akan membuncah ketika benih-benih cinta mulai memudar. Seorang suami yang bijak akan selalu memelihara komitmen bersama yakni akan setia menjalani perkawinan dalam kondisi apapun.
Sang isteri pun demikian, dia akan selalu mencoba mengatasi perceraian dengan mengingat dan mengenang kembali ikrar dihadapan Tuhan. Aku dan engkau akan menjalani hidup bersama dalam untung dan malang. Aku akan tampil ketika engkau memanggil. Begitu juga engkau harus bersedia hadir ketika aku membutuhkan engkau. Komitmen ini bisa menjadi benteng dalam usaha membendung dan melawan perceraian.
Benarkah Perceraian Jadi Solusi Terbaik?, picture by @theworldsbestweddingphotos
Rekomendasi Catering Pernikahan JATIM dan JABODETABEK Murah
Saling Introsfeksi Diri Dan Kontemplasi.
Pasangan suami isteri harus saling introsfeksi diri dan kontemplasi dalam usaha mengatasi perceraian. Dalam kontemplasinya masing-masing melakukan flashback bahwa ikatan perkawinan yang tersimpul diantara mereka bermula dari adanya keterlibatan {engagement} yang kental diantara mereka berdua bagaikan adonan roti yang tak terpisahkan. Aku dan engkau bersatu dalam kita. Aku selalu mendampingi engkau meskipun harus dipisahkan oleh kematian. Kematian bukan hal yang harus ditakutkan oleh kita, akan tetapi kematian dari rasa cinta-lah yang harus kita takutkan. Kontemplasi tersebut mampu melawan perceraian yang akan mengeliminasi penderitaan anak-anak sebagai korban perceraian.